Menurut wikipedia, Sibilan atau konsonan desis adalah cara artikulasi konsonan frikatif (desah) dan afrikat (gesek), dibuat dengan mengarahkan aliran udara dengan lidah menuju tepi pangkal gigi, yang diadakan berdekatan. Contoh suara sibilan adalah konsonan pada awal kata saya, zirah, syair, cakap, jahil; konsonan kedua dalam kata visi; konsonan pada kata susu. Pada istilah audio, sibilan adalah bunyi desis yang berlebihan sehingga mengganggu tatanan suara secara kesuluruhan.
Sibilan bisa berasal dari vocal manusia atau instrumen musik lainnya seperti crash cymbal, gesekan antar benda logam dan lain-lain. Namun pada pembahasan kali ini, saya akan memfokuskan pada kasus vocal manusia. Untuk mereduksi sibilan, you can simply throw a single deesser to your vocal track and process your vocal track with EQ, compressor, reverb, and blah blah blah. Tapi bagaimana jika setelah melakukan EQ-ing dan compressing bunyi sibilan yang sebelumnya sudah tereduksi kembali muncul? Kemungkinan dari kita mungkin akan berpendapat “pasti EQ nya kebanyakan boosting high tuh, coba turunin”. Tapi ketika high nya diturunkan, tujuan saya EQ-ing untuk mendapatkan shape yang saya inginkan tidak tercapai. Apakah ini berarti kita harus mengorbankan salah satunya? Tentu tidak! Bagaimana caranya? Don’t go anywhere, check this out!
Jadi inilah audio sample dari track vocal growl yang masih raw tanpa sentuhan plugin apapun.
link : http://soundcloud.com/distorsi/menjinakkan-sibilan-pada
Apa yang anda dengar? Growl yang cadas? Itu sajakah? Dengarkan sekali lagi! Sangat jelas bahwa konsonan desis terdengar sangat berlebihan!
Untuk memecahkan masalah tersebut, saya gunakan deesser sebagai insert pertama yang bekerja dengan mereduksi 3kHz ke atas saat konsonan desis muncul.
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
link : http://soundcloud.com/distorsi/menjinakkan-sibilan-pada-1
Yap, konsonan desis yang mengganggu sekarang sudah diselesaikan. Tapi saya merasa bahwa vocal sangat menggulung dan terlalu berdinamika sehingga saya melakukan EQ-ing to shape the sound dan compressing it quite hard to make it less dynamic and a little bit distorted.
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
link : http://soundcloud.com/distorsi/menjinakkan-sibilan-pada-1
Tujuan saya melakukan EQ-ing dan compressing tercapai, tapi apa yang terjadi? That annoying sibilant is back! Kita tidak perlu berkompromi untuk mengorbankan sound shaping atau sibilan. Just simply throw a desser again AFTER EQ&compressor, namun yang menjadi kunci pada deesser kedua adalah saya menggunakan mode narrow sehingga frekuensi yang tereduksi adalah frekuensi yang benar-benar merupakan sumber sibilan sehingga tidak mengganggu frekuensi yang lain dan menyebabkan vocal terdengar dull.
Maka chain akhirnya adalah deesser > EQ > compressor > deesser
Dan hasilnya adalah sebagai berikut:
link : http://soundcloud.com/distorsi/menjinakkan-sibilan-pada-2
Sekarang coba bandingkan audio vocal raw dengan audio vocal setelah melalui berbagai proses desser, EQ, dan compression. Pada vocal raw, sibilan sangat eksplosif, pada vocal setelah diproses, sibilan tetap ada tapi tidak overwhelming. Pada vocal raw, sibilan terdengar menggulung dan sangat berdinamika, pada vocal setelah diproses, vocal tidak lagi menggulung dan dinamika vocal lebih stabil. Dengan deesser ganda, tidak perlu khawatir dengan kompromi antara sibilan dan overall frequency curve.
Sekian artikel kali ini mengenai “menjinakkan sibilan pada vocal dengan deesser ganda”. Sesungguhnya banyak jalan dalam mixing untuk menghasilnya bunyi seperti apa yang kita inginkan, be creative and out of the box!
Distorsi | Mixing Tutorial | Alat Recording | Studio Rekaman
No comments:
Post a Comment